Gianyar, Senin 08 April 2023
Melawan lupa : Sejarah Perang Besar Puputan Benteng Jagaraga di Buleleng Bali
Bali, indonesiaexpose.co.id – Perang Besar Puputan Benteng Jagaraga di Buleleng Bali dan prakarsa Ide Anak Agung Gde Agung yang mengusulkan agar kepada Adipati Agung ( Panglima Perang) Gusti Ketut Djelantik dianugrahi Gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Pusat.
Hal ini di ungkapkan Ida Bagus Rai Jendra alias Kakyang Rai saat di temui jurnalis Indonesiaexpose.co.id di jalan Patih Jelantik Gianyar , saat di tanya mengapa Gusti Ketut Djelantik dianugrahi pahlawan nasional,Gianyar-Bali, Minggu (7/5/2023).
” Berdasarkan penelitian kajian sejarah yang mendalam, betapa heroiknya perjuangan Gusti Ketut Djelantik sebagai Panglima Perang yang memimpin ribuan pasukan laskar Bali melawan ribuan pasukan Belanda yang dipimpin Jenderal Michiels,” jelasnya.
Lebih lanjut dipaparkan, Perang puputan Jagaraga terjadi tgl 15 April tahun 1849, merupakan simbul awal pertempuran frontal skala besar yang dilakukan laskar Bali sebagai wujud nyata perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dan baru setengah abad kemudian diikuti perang Puputan Badung tahun 1906, disusul Puputan Klungkung tahun 1908 dan puputan Margarana tahun 1946.
Sebagai gambaran singkat bagaimana kondisi Benteng Jagaraga dari sumber sejarah yang diteliti berdasarkan dokumen dan arship penting baik di Leiden Belanda, arship Nasional ,arship Daerah Bali maupun dokumen pribadi Ide Anak Agung Gde Agung yang tertuang dalam buku” Bali Pada Abad 19″. Benteng Jagaraga sebenarnya adalah hasil karya Adipati Agung Gusti Ketut Djelantik dimana sejak hubungan Kerajaan Buleleng dengan Pemerintah Hindia Belanda menjadi tegang bulan Oktober 1844, Gusti Ketut Djelantik yakin bahwa perang antara kedua belah pihak tidak dapat dihindarkan.
Mulai saat itu dirancanglah suatu siasat peperangan dengan membangun benteng pertahanan dan dipilihlah Desa Jagaraga yang letaknya sangat strategis dan tidak bisa dijangkau oleh tembakan meriam kapal perang Belanda. Selain itu Desa Jagaraga dikelilingi oleh jurang yang dalam di bagian timur dan barat yang menyulitkan bagi pasukan artileri musuh.
Kubu pertahanan yang dibangun terdiri dari 4 benteng yang diperkuat dan dikelilingi oleh tembok dan parit yang dalam. Selain itu seluruh dataran dimuka Desa Jagaraga yang menghadap Desa Bungkulan penuh dengan kubu pertahanan kecil kecil. Benteng itu dipertahankan oleh pasukan Laskar Bali dengan persenjataan tombak, senapan dan juga meriam kecil ” lila ,”.
Dilihat dari sudut militer teknis dan strategis diakui oleh para akhli militer Belanda sehingga mereka sangat sulit dan setelah bersusah payah baru bisa menaklukannya.Mereka sangat kagum atas keakhlian membangun benteng tersebut sangat kuat, rapi teratur ditambah faktor kedisiplinan pasukan rakyat Bali yang mematuhi perintah panglima perang Adipati Agung Gusti Ketut Djelantik.
Kedisiplinan diakui sendiri oleh Jendral Michiels selaku panglima perang Hindia Belanda dalam pertemuan perundingan yang gagal antara kedua pihak di kota Singaraja tgl. 7 April 1849. Benteng Jagaraga bisa direbut Belanda setelah melalui pertempuran sangat dahsyat dan heroik antara ribuan pasukan Laskar Rakyat Bali yang bersenjatakan tombak, senapan dan meriam kecil yang dipimpin langsung Gusti Ketut Djelantik melawan ribuan pasukan Belanda yang datang dari Batavia, Jawa, Madura dan Lombok dengan senapan lengkap, artileri serta meriam dan dibantu lagi dari Angkatan Laut serta dipimpin oleh Jenderal Michiels.
Mengingat dan menyadari betapa besarnya dan heroiknya perjuangan Gusti Ketut Jelantik dalam memimpin pasukan Laskar Rakyat Bali melawan pasukan penjajah Belanda tersebut maka pemerintah pusat menganugrahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada Gusti Ketut Djelantik. (072)