Sunday , May 5 2024
Home / Bali / Sinergi Pariwisata dan Pertanian, Langkah Nyata Bapak Trisno Nugroho Wujudkan Kesejahteraan Petani Bali

Sinergi Pariwisata dan Pertanian, Langkah Nyata Bapak Trisno Nugroho Wujudkan Kesejahteraan Petani Bali

Denpasar, Jumat  30  Juni 2023,

Sinergi Pariwisata dan Pertanian, Langkah Nyata Bapak Trisno Nugroho Wujudkan Kesejahteraan Petani Bali

 

Bali,  indonesiaexpose.co.id  – Bertempat di Ruang Tirta Gangga KPwBI Prov. Bali, pada Selasa 27 Juni kemarin merupakan momen yang menorehkan tonggak sejarah baru bagi petani yang sering mendapat stigma yang tidak menyenangkan: miskin dan tak berdaya. Berbarengan dengan Pengukuhan Pengurus PHRI Badung, Denpasar dan Bangli, dilaksanakan Penandatanganan Kerjasama PHRI dengan Perumda Bali untuk menggunakan produk pertanian Bali.

Acara dihadiri oleh Gubernur Bali Wayan Koster, Wakil Gubernur yang sekaligus Ketua PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati dan Trisno Nugroho sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali.Kiprah Pak Trisno Nugroho terhadap UMKM dan pertanian di Bali sudah tidak diragukan lagi. Apa yang menjadi gagasannya, bukanlah sekedar seremonial belaka. Beberapa hotel dan restaurant di Bali sudah mulai memakai produk pertanian lokal Bali. Bahkan dari testimoni yang diberikan oleh manajemen 25 jaringan Jaringan Marriot Hotel, ternyata mereka sangat puas dengan kualitas produk pertanian Bali serta kontinuitas pasokannya.

Di akhir acara Sinergi Pariwisata dan Pertanian, Gubernur dan Wakil Gubernur Bali memberikan testimoni sebagai apresiasi atas kinerja Pak Trisno sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia prov. Bali. Sebelumnya, mantan Gubernur Bali yang juga anggota DPD saat berkunjung ke kantor BI Bali juga memberikan apresiasi atas perhatian Pak Trisno dengan UMKM dan pertanian di Bali
Di tengah kesibukan usai acara Sinergi Pariwisata dan Pertanian, Bapak Trisno Nugroho masih menyempatkan diri untuk menemui Pengurus Yayasan Bhakti Petani Nusantara beserta Humasnya, dan Direktur Utama Perumda Tabanan.

Gede Suarsa sebagai Ketua Umum Yayasan Bhakti Petani Nusantara (YBPN), sangat mengapresiasi apa yang telah di kerjakan untuk UMKM dan Pertanian di Bali, khususnya terhadap YBPN dan merasa bangga dan beruntung bisa bertemu dengan tokoh dan pemimpin seperti  Trisno Nugroho.

Sungguh tepat pula saat Pengkuhan YBPN 31 Mei lalu di Medori Farm, Ketua Umum menghadiahkan buku Karma Yoga kepada KPwBI Bali  Trisno Nugroho  yang merupakan disertasi  Anand Krishna di Sedona University.

Menurut Agung Sudarsa owner Bali Prashanti Property, Books & Farm, KPwBI Bali  Trisno Nugroho adalah sosok yang telah nyata melakoni Karma Yoga yakni berkarya tanpa pamrih.

“Terbentuknya Yayasan Bhakti Petani Nusantara dan Koperasi Bhakti Mandiri, bukan lagi sebagai sebuah keprihatinan, namun dengan keinginan untuk mengubah stigma bahwa jadi petani itu miskin dan tak berdaya. Keluhan para petani betapa susahnya untuk menjual produk hasil panen mereka, justeru merupakan tugas mulia bagi Yayasan dan Koperasi ke depan. Apalagi nanti jika YBPN sudah bersinergi dengan Perumda Tabanan dengan Bapak Kompyang Gede Pasek Wedha sebagai Direktur Utama, tentu tidak ada permasalahan lagi dari sisi pemasaran produk,” jelasnya.

Terbentuknya Yayasan dan Koperasi ini juga sekaligus sebagai jawaban atas keluhan dan keprihatinan atas semakin banyaknya alih fungsi lahan yang semakin menggerogoti lahan pertanian yang merupakan ancaman serius bagi pertanian Bali, yang diutarakan salah satu perwakilan petani saat Temu Wicara dengan Bapak Moeldoko di Jambe Asri Batu Bulan.

Sedangkan bagi masyarakat yang ingin investasi dalam penanaman pockcay dalam Green House, YBPN juga siap untuk mengelola dana mereka. Beberapa mahasiswa dari UHN I Gusti Bagus Sugriwa yang sempat melihat langsung ke Medori Farm, sangat tertarik untuk investasi melalui YBPN.

Selain bertujuan agar petani hanya fokus pada produksi dan tidak memikirkan pemasaran lagi, Yayasan dan Koperasi memiliki niat mulia untuk menundukung keberlanjutan pertanian khususnya menciptakan Next Millenial Generation dengan memanfaatkan alat pertanian modern, seperti diungkapkan Ketua Panitia Bapak I Gusti Alit Indradhyana. Hanya pertanian yang akan mampu menyelamatkan Bali ke depan.

Dalam sebuah artikel berjudul ‘Manusia Bali, Bunga, Pangan’ (Radar Bali, 15 Juni 2008), tokoh spiritual Bapak Anand Krishna sudah mengingatkan bahwa Bali sebelum tahun 1930-an sesungguhnya dikenal dunia sebagai pemasok kelapa dan kelapa sawit nomor satu. Para pedagang datang dengan kapal kosong dan pulang dengan kapal berisikan hasil bumi yang mereka jual dengan harga sangat tinggi di pasar internasional. Mereka akhirnya mulai berpikir tentang cost efficiency. Awalnya mereka mengajak teman-teman mereka untuk berkunjung ke Bali dengan biaya yang sangat rendah, asal kapal mereka tidak kosong. Kemudian, pada tahun 1930, datanglah rombongan wisatawan pertama. Inilah awal organized tourism. Jumlah mereka yang berkunjung mencapai 100 orang.

Saat itu pariwisata merupakan bonus bagi Bali, sama sekali tidak tergantung pada tourisme. Pun tidak tersedia fasilitas yang memadai, namun para wisatawan manca negara senang dengan apa saja yang mereka peroleh di Bali. Inilah genre wisatawan yang sopan, santun, terpelajar, berpendidikan, dan cinta Bali. Hingga saat ini pun tulisan-tulisan mereka masih menjadi acuan ilmiah bagi studi manapun tentang Bali.

(072)

253

Check Also

Indonesia Expose.co.id

Tabanan, Sabtu  03  Mei  2024 88

Dorong Digitalisasi Industri Manufaktur, XL Axiata Kenalkan Solusi Smart Manufacture

Jakarta, Jumat  03  Mei  2024 Dorong Digitalisasi Industri Manufaktur, XL Axiata Kenalkan Solusi Smart Manufacture …