Tabanan , Rabu 12 Juni 2024
Bupati Tabanan Apresiasi Kekompakan Masyarakat Dalam Yadnya Bersama di Desa Kelating
Bali, indonesiaexpose.co.id – Pemerintah Kabupaten Tabanan akan berupaya selalu hadir memberikan apresiasi dan dukungan atas kekompakan masyarakat dalam membangun yadnya. Hal ini disampaikan langsung oleh Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya,S.E.,M.M, saat kehadirannya pada uleman Ngupasaksi Yadnya Ngaben Bersama dan Metatah Bersama Desa Adat Kelating yang digelar di Wantilan Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Sabtu, (8/6/2024).
Ikut turun di tengah-tengah masyarakat dalam kesempatan tersebut, Anggota DPRD Kabupaten Tabanan I Ketut Arsana Yasa dan I Wayan Lara, Asisten II, Jajaran Pimpinan OPD terkait, Camat dan jajaran Forkopimcam Kerambitan beserta Bendesa Adat setempat. Kehadiran Sanjaya beserta jajaran dalam kesempatan tersebut mendapatkan sambutan hangat dan penuh sukacita dari krama adat setempat yang telah memadati area wantilan.
Pelaksanaan rangkaian Upacara Ngaben Kinembulan dirangkaikan dengan Metatah Bersama ini puncaknya jatuh pada Senin, 10 Juni 2024 mendatang. Hal ini merupakan perwujudan atas kekompakan dan kerjasama masyarakat Desa Adat Kelating yang terdiri dari 685 KK adat, dalam membangun yadnya. Kebersamaan ini mendapat apresiasi yang sangat baik dari Bupati Sanjaya.
Melalui sambutannya, Sanjaya sampaikan rasa terimakasihnua atas kekompakan masyarakat Desa Adat Kelating yang telah bergotong-royong dalam mewujudkan Yadnya. Begitupun dengan masyarakat Tabanan yang Sanjaya lihat sangat kompak bersatu dalam setiap membangun yadnya, sehingga hal ini sangat diharapkan bisa menjadi panutan dan inspirasi bagi daerah lain.
“Tiang lihat selama 10 sampai 15 tahun niki, masyarakat Tabanan disaat membangun Yadnya menjadi pionir. Pionir dalam arti menerobos tatanan era baru yang selama ini ada paradigma ngaben bersama, metatah bersama dengan biaya yang sangat sedikit, murah dan lain-lain sempat dikategorikan yadnya niki katakanlah tidak baik, katakanlah seperti itu. Tapi Tabanan niki sangat konsisten membangun yadnya, apalagi titiang di Pemerintah Kabupaten Tabanan sering hadir memberikan upasaksi dan motivasi karena dalam sebuah yadnya itu ukurannya tidak mesti harus mahal, tidak harus sendiri dan lain-lain,” ujar Sanjaya.
Selaku Guru Wisesa dan murdaning jagat di Kabupaten Tabanan Sanjaya menyampaikan pemahamannya terkait dengan esensi yadnya sebagai korban suci yang tulus ikhlas. Pihaknya menilai, bahwa pelaksanaan yadnya di Bali didasarkan atas sebuah persepsi, cara pandang dan keyakinan. Dimana yadnya yang satwika terwujud dengan dasar tulus ikhlas, dipuput oleh Sang Sulinggih, disaksikan oleh murdaning jagat sehingga yadnya memargi antar, sida sidaning don. Itulah yang dikatakan Sanjaya yang merupakan yadnya yg paling tinggi.
“Dalam membangun yadnya, Panca Yadnya, baik Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya dan Pitra Yadnya sudah termasuk kedalam awig-awig, perarem maupun kesepakatan-kesepakatan. Jadi tidak ragu lagi membangun Yadnya yang ruang lingkupnya kompak bersama seperti saat ini, itu yang tiang lihat, tiang amati betul bagaimana dinamikanya pasemetonan kita di Tabanan ini,” imbuh politisi asal Dauh Pala tersebut.
Untuk itu Sanjaya bersama jajaran dalam mewujudkan Pemerintahan Era Baru ini, dengan ikut hadir di tengah-tengah masyarakat. Dengan mengingatkan kembali slogan Paduraksa Jayaning Singasana, Pemerintah ikut serta membantu meringankan beban masyarakat, salah satunya dalam pelestarian adat, agama, tradisi dan seni budaya, sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi masyarakat.
Di kesempatan yang sama, selaku Bendesa Adat Kelating, Dewa Made Maharaja sampaikan ucapan terimakasihnya kepada Bupati Sanjaya selaku murdaning jagat Tabanan beserta jajaran yang telah hadir dan menyaksikan langsung rangkaian upacara Yadnya tersebut. Besar harapannya agar kedepan Pemerintah Kabupaten Tabanan selalu senantiasa memberikan dukungan dalam tiap kegiatan di masyarakat.
Lebih lanjut Dewa Made Maharaja menerangkan, dalam rangkaian upacara ini diikuti oleh 36 sawa dengan biaya sebesar Rp. 5.000.000 per sawanya, lalu 39 orang ngelangkir, 10 ngelungah, 1 orang nebusin dengan biaya masing-masing 1.000.000 per orangnya, juga 19 orang metatah / mesangih, 10 orang nelubulanin, 3 orang ngerorasin, dengan biaya masing-masing Rp. 1.500.000 per orangnya.
(Adv)