Bali, Sabtu 27 Juli 2024
Ratusan Peserta Hadiri Dialog Spiritual Bersama Guruji Anand Krishna di Bali
Bali, indonesiaexpose.co.id – Diikuti oleh ratusan peserta baik dari Bali maupun luar Bali di acara Dialog Spiritual dengan mengahdirkan Guruji Anand Krishna bertempat di aula Anand Krishna Center (AKC) Kuta, Sabtu ( 27/7/ 2024) malam.
Uniknya lagi, sebagian besar peserta adalah anak muda baik SMA maupun perguruan tinggi. Ini barangkali merupakan respon positif dari Tik Tok Live oleh Guruji (di akun anandkrishnaindo) setiap hari Rabu, Kamis, dan Jumat jam 8.00 WITA untuk berbagi pengalaman dan berdialog terkait kesehatan, pendidikan, permasalahan-permasalahan anak muda, serta untuk membangkitkan kembali jiwa anak Indonesia agar mengapresiasi budaya adiluhung bangsa.
Mengawali Dialog malam itu, Guruji memandu doa bersama yang bersumber dari tradisi Sanatana Dharma:
Mari kita belajar bersama dan mempraktekkan apa yang telah kita pelajari. Semoga tidak terjadi kesalah-pahaman di antara kita. Dan kalaupun terjadi, semoga kita dapat saling memaafkan satu sama lain Damai, damai, damai.
Dalam dialog malam itu, Guruji mengambil tema yang sangat tepat yakni tentang kesehatan. Menurut Guruji, penyakit fisik maupun mental bersumber dari emosi yang bergejolak, yang sekian lama terpendam, bahkan semenjak masih kecil.
Guruji bercerita tentang Sang Buddha yang sedang haus dan minta Ananda Sang murid untuk mengambil air di sebuah kali. Ananda melihat air kali itu kotor dan mengatakan akan mengambil air di tempat lain. Namun Sang Buddha mencegahnya. Meminta Ananda menunggu sejenak agar kotoran air mengendap, dan benar saja, beberapa saat kemudian air itu menjadi jernih kembali. Demikian pula analoginya, jika emosi yang bergejolak diamati saja tidak dilayani maka akan mengendap, sehingga tidak mengganggu kesehatan fisik.
Apa yang selama ini yang disebut kanker sesungguhnya adalah akibat dari sel radikal dalam tubuh yang berkembang tak terkendali akibat bergejolaknya emosi. Sel radikal sendiri memang ada dalam tubuh yang berfungsi untuk melakukan detoks, seperti buang air besar dan sebagainya. Namun ketika jumlahnya tidak terkendali akan berbahaya dan menyerang sel-sel tubuh.
Anand Krishna Center Kuta beliau dirikan semata-mata sebagai tempat latihan salah satunya untuk mengolah emosi yang bergejolak, dan juga berbagai teknik latihan yang beliau rancang dan telah ditulis dalam buku Ananda’s Neo Self Empowerment serta berbagai buku lain yang berjumlah hampir 200 judul buku.
Menurut Guruji, kita semua sesungguhkan bisa menyembuhkan diri dan tanpa harus ke dokter. Dan ini tentu bukan sekedar teori namun telah beliau buktikan sendiri saat divonis leukemia (kanker darah) 33 tahun lalu. Caranya? Tentu dengan mengubah life style dan pola makan yang bisa dimulai dengan memilih makanan yang tepat, mengurangi karbohidrat dan gula, lebih banyak sayur dan buah.
Menjawab pertanyaan peserta bagaimana caranya agar anak muda tidak mudah terbawa hoax dan juga jargon-jargaon seperti me time atau yang lain, sehingga sulit untuk diajak latihan meditasi atau pemberdayaan diri, Guruji mengatakan bahwa harus dimulai dengan pendidikan yang benar. Guru bukanlah profesi namun sebuah pengabdian. Kita membutuhkan guru-guru yang berpengalaman dan memiliki dedikasi agar mampu membuat murid-murid memiliki critical thinking. Seorang guru seharusnya berumur 45 tahun ke atas bukan anak muda usia 20-an tahun, agar dapat mengajarkan apa yang telah dipraktekkan, bukan sekedar berteori kosong dan menimbun tumpukan informasi semata ke para murid. Apalagi dengan setumpuk PR yang sangat membebani murid-murid sehingga tidak ada waktu untuk bermain.
Sebagaimana yang telah diterapkan di One Eath School Kuta yang didirikan oleh Guruji Anand Krishna, pendidikan harus bisa memunculkan sisi terbaik dari seorang anak yaitu sisi kemanusiaannya (human friendly), bukan manusia robot atau mesin pencetak uang semata. Di samping itu, harus terjadi integrasi antara orang tua, guru dan murid di setiap sekolah sehingga tercapai sasaran yang sama yakni anak-anak yang mandiri yang tidak tergatung pada orang lain, apakah itu orang tua, bahkan masyarakat. Apalagi budaya asing yang sangat tidak cocok dengan budaya bangsa Indonesia kini semakin marak digemari anak-anak muda yang bisa menggerus budaya bangsa kita yang luhur.
Guruji berpesan, jadilah Rama, Bima, Arjuna demi Indonesia Jaya, tapi jangan lupa, selalu siapkan diri karena kapanpun Dewa Maut bisa menjemput, mari siapkan diri untuk meninggalkan warisan keadaan dunia yang sedikit lebih baik dan indah dari sebelumnya.
Dialog diakhiri dengan sebuah celebration, bernyanyi dan menari bersama dengan lagu yang mampu membangkitkan semangat. Wao…sebuah perayaan yang luar biasa.
(071)