Bogor, Rabu 16 Oktober 2024
Menemukan Kembali Jiwa Bodhidharma di Zen Garden, One Earth Yoga & Meditation Retreat Centre Ciawi Bogor
Jawa Barat, indonesiaexpose.co.id – Pada Sabtu malam 31 Agustus 2024 merupakan saat yang berbahagia bagi para peserta dari seluruh Indonesia yang akan menghadiri Perayaan Hari Bhakti Bagi Ibu Pertiwi 1 September 2024. Sebuah kejutan yang luar biasa dihadiahkan oleh Guruji Anand Krishna, menjelang perayaan kelahiran ke 69.
Zen Garden , taman mungil dengan luas kurang lebih 200 meter persegi, di halaman pojok areal One Earth Yoga & Meditation Retreat Centre itu, ditata sedemikian asri dengan landscape taman arsitektur bangunan ala Jepang. Lebih menariknya lagi adalah keberadaan 2 Pratima yang menjadi ikon Zen Garden.
Pertama, siapa lagi kalau bukan Pratima Bodhidharma yang lebih dikenal di China sebagai Sang Suhu Pemarah.
Dalam buku Bodhidharma, Kata Awal adalah Kata Akhir (Gramedia, 2005), Guruji telah menceritakan bagaimana seorang pangeran dari dinasti Pallava di India Selatan, Jayavarman, telah bertransformasi menjadi Bodhidharma berkat tuntunan Sang Guru, Prajnaataara. Dalam perjalanan menuju China untuk bertemu Kaisar Wu, Jayavarman yang telah mendapat nama baru Anomadasi, menyempatkan diri singgah ke Sumatra menemui para sepupu dekat, masih keluarga besar “Varman” dari Dinasti Sriwijaya.
Pratima kedua adalah sosok Rshi Agastya yang tentu sudah sangat populer di Nusantara, khususnya di Pulau Jawa dan Bali. Di Pulau Jawa, sosok Rshi Agastya sering diidentikkan dengan Semar, sedangkan di Bali sebagai perwujudan Shiva itu sendiri.
Dalam Buku Shalala, Merayakan Hidup (Gramedia, 2001), sosok Agastya Sang Rshi diulas Guruji dalam sebuah bab, Gayatri, Jernihkanlah Pikiranku! Setelah kematian istrinya, Lopamudra, dari India Selatan Agastya mengadakan perjalanan ke Yava Dvipa untuk menyebarkan pesan Kasih yang satu adanya.
Perjalanan kedua tokoh yang sudah melihat kebenaran dengan mata bathin beliau, mengingatkan kita semua bahwa hubungan spiritual India- Nusantara sudah berlangsung lama dan berlanjut terus dari waktu ke waktu. Bahkan tahun 1927 kedatangan Rabindranath Tagore ke Bali dan Jawa, menjadi saksi bahwa hubungan spiritual itu tak lekang oleh waktu, berlanjut terus, dimana Ki Hajar Dewantara, Bapak Bangsa, pendiri Taman Siswa, memberikan apresiasi yang luar biasa. Dan persahabatan kedua tokoh tersebut diabadikan Guruji Anand Krishna untuk nama perpustakaan di One Earth Yoga & Meditation Retreat Centre: Dewantara – Tagore.
Sebagaimana yang telah dijelaskan Guruji dalam Sindhu Samskriti, peradaban Sindhu, Shintuh, Hindu, Indus, Indos, Indo, Hindia atau apapun sebutannya adalah peradaban tertua di dunia yang masih bertahan hingga saat ini. Peradaban yang sangat agung dan mulia ini membentang dari Iran, Afghanistan, Pakistan, India, Bangladesh, Bhutan, Nepal, Tibet, Negara-negara di Asia Tenggara, termasuk kepulauan kita hingga perbatasan Australia. Kita semua mewarisi akar budaya yang sama, peradaban yang sama, filsafat hidup atau Dharma yang sama yang bersifat Sanatana, Sama, Langgeng, Abadi.
Di Jepang, berdasarkan penemuan-penemuan mutakhir di sana, antara lain pratima Saraswati, Ganesha dan para Dewa-Dewi dari Masa Veda, seperti Varuna, Agni dan lainnya, termasuk istilah Shinto itu sendiri membuktikan bahwa akar Sanatana Dharma ada di mana-mana. Maka, tidaklah sulit bagi Jepang untuk menerima ajaran Dhyan Bodhidharma lewat China, dimana sebutannya adalah Chan. Dan, di Jepang menjadi Zen. Dalam tradisi Zen, banyak yang percaya bahwa Bodhidharma bukan nama seorang petapa, melainkan “esensi tapa” itu sendiri. Sosoknya tak terlalu dipentingkan.Yang penting adalah pesannya! Pesan itu pula yang kemudian mereka beri nama “Bodhidharma “ – Dharma Buddha, yaitu “tuntunan untuk mencapai kesadaran.”
Malam minggu 31 Agustus 2024, di Zen Garden, satu-satunya tempat yang didedikasikan khusus untuk Bodhidharma dengan Pratima Agastya tertinggi di seluruh Indonesia, jiwa Bodhidharma telah kita temukan kembali, yang menuntun kita semua untuk mencapai kesadaran, demi masyarakat yang tercerahkan, demi Indonesia Jaya.
(071)