Gianyar, Kamis 24 Juni 2021
PERUSDA AIR MINUM TIRTA SANJIWANI GIANYAR TERDAMPAK COVID-19
Bali, indonesiaexpose.co.id – Wabah COVID-19 yang berkepanjangan membuat banyak usaha usaha dan perusahan perusahan yang terpuruk bahkan bangkrut.
Tidak terkecuali Perusda Air Minum Tirta Sanjiwani milik pemerintah kabupaten Gianyar pun kena imbas COVID-19 dengan hilangnya pendapatan sekitar Rp 1 miliar per bulan.
Dirut Perusda Made Sastra Kencana menjelaskan, sebagai akibat krisis ekonomi 2021 banyak pelanggan yang berhenti berlangganan, karena tidak mampu membayar.
Juga disebabkan banyak pelanggan yang mengubah golongan, dari yang awalnya golongan niaga, beralih ke golongan rumah tangga.
Data yang disajikan Perusda Air Minum Tirta Sanjiwani Gianyar yang diterima media ini Kamis 24 Juni 2021, penurunan pelanggan sebanyak 436 per bulan April 2021 dan 547 per Mei 2021.
Sejumlah sambungan tersebut saat ini telah dicabut atas keinginan pelanggan, dengan alasan tidak kuat membayar. .
“Pelanggan kita banyak berkurang. Banyak yang berhenti karena tidak mampu bayar, ada yang beralih ke saluran alternatif ke sumur,” sebutnya.
Akibatnya pendapatan Tirta Sanjiwani turun rata-rata Rp 1 miliar per bulan.
Padahal, pihaknya memproyeksi atau merancang pendapatan tahun ini sebesar Rp 7,3 miliar per bulan.
“Tahun 2020 pendapatan masih stabil. Begitu memasuki 2021, pendapatan kita berkurang rata-rata Rp 1 miliar per bulan,” ujarnya.
Salah satu zona yang menyebabkan Perusda Tirta Sanjiwani berkurang adalah Ubud.
“Pendapatan di Ubud, dari Rp1,5 miliar per bulan, menjadi sekitar Rp 1 miliar. Itu karena mereka banyak yang turun golongan, dari niaga ke rumah tangga,” ujar Sastra
Sastra menegaskan, meski pendapatan turun Rp 1 miliar per bulan, namun pihaknya tetap berkomitmen memenuhi pelayanan dengan harapan kondisi ini tidak terjadi hingga Desember 2021.
Sebab jika kondisi ini terjadi sampai Desember, pihaknya takut tidak bisa memberikan kontribusi ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) Gianyar.
“Sampai per Juni 2021, neraca kami menampilkan laba kotor Rp 1,19 miliar. Jadi masih bisa bergeraklah. Masih bisa memberikan pendapatan.”
“Tapi tetap saja, sejak pandemi ini kontribusi kita ke PAD turun. Waktu belum pandemi kami dapatkan laba Rp 7 miliar dan kita waktu itu bisa menyetor ke PAD sebesar Rp4,2 miliar.”
“Tahun 2020, laba kita turun drastis Rp 1,5 miliar, sehingga kita hanya bisa nyetor sekitar Rp825 juta,” ujarnya.
Sastra mengatakan, upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan keuangan adalah, mulai dari melakukan efisiensi. Dan efisiensi ini tidak dengan mengurangi hak hak pegawainya.
(072)