Wednesday , August 13 2025
Home / Bali / Temu Wicara Komunitas Petani Kopi Bali dengan Kepala Staf Kepresidenan RI

Temu Wicara Komunitas Petani Kopi Bali dengan Kepala Staf Kepresidenan RI

Gianyar, Jumat   14   April 2023

Temu Wicara Komunitas Petani Kopi Bali dengan Kepala Staf Kepresidenan RI

 

 

Bali,  indonesiaexpose.co.id  – Puluhan petani kopi dari seluruh kabupaten di Bali dengan semangat tinggi menghadiri acara ‘Temu Wicara’ dengan Kepala Staf Kepresidenan RI, Jenderal TNI (Purn) Dr. H. Moeldoko, S.IP, M.Si bertempat di Jambe Asri Agrowisata Tegal Tamu Batubulan Gianyar, Bali, Kamis 13 April 2023.

Kepala Staf Kepresidenan RI, Jenderal TNI (Purn) Dr. H. Moeldoko, yang juga  sebagai Ketua Dewan Pimpinan Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) memberikan wejangan tentang pentingnya untuk terus menjaga serta meningkatkan kualitas pertanian khususnya kopi Bali.

Puluhan petani kopi dari seluruh kabupaten di Bali dengan semangat tinggi menghadiri acara Temu Wicara , walaupun dihadang guyuran hujan sepanjang acara di ruang terbuka dengan latar belakang lembah menghijau yang memagari sisi barat Asri Jambe Agrowisata.

Selanjutnya, dengan dengan penuh kesabaran, mantan Panglima TNI yang kini diberikan gelar Panglima TANI, mendengarkan sharing dari beberapa perwakilan petani, baik tentang keberhasilan mereka maupun tantangan dan hambatan yang dihadapi di lapangan.

Salah satu keprihatinan mereka adalah semakin banyaknya alih fungsi lahan yang semakin menggerogoti lahan pertanian dan ancaman serius bagi pertanian Bali.

Usai acara Temu Wicara dilanjutkan dengan mengunjungi beberapa stand pameran dan penandatanganan Prasasti: Transformasi Pertanian Kopi Modern oleh Bapak Moeldoko.

Gede Suarsa perwakilan Petani Kopi Robusta Pupuan, sekaligus owner Kopi Bali 88 dan Bali Alpukat 88, menyatakan keprihatinan atas semakin banyaknya alih fungsi lahan. Sebagai pelaku Pariwisata yang sudah melakoni posisi penting di beberapa hotel berbintang di Bali, tentu merasa jengah. Dengan beberapa tokoh yang terpanggil untuk menjaga eksistensi Pertanian Bali, lalu didirikan Yayasan Bhakti Petani Nusantara yang akan dideklarasikan dalam waktu dekat.

“Seharusnya pertanian yang dijadikan kepala dan pariwisata adalah ekornya, bukan sebaliknya,”ungkapnya.

Dalam sebuah artikel berjudul Manusia Bali, Bunga, Pangan, (Radar Bali, 15 Juni 2008), tokoh spiritual Bapak Anand Krishna sudah mengingatkan bahwa Bali sebelum tahun 1930-an sesungguhnya dikenal dunia sebagai pemasok kelapa dan kelapa sawit nomor satu. Para pedagang datang dengan kapal kosong dan pulang dengan kapal berisikan hasil bumi yang mereka jual dengan harga sangat tinggi di pasar internasional. Mereka akhirnya mulai berpikir tentang cost efficiency. Awalnya mereka mengajak teman-teman mereka untuk berkunjung ke Bali dengan biaya yang sangat rendah, asal kapal mereka tidak kosong. Kemudian, pada tahun 1930, datanglah rombongan wisatawan pertama. Inilah awal organized tourism. Jumlah mereka yang berkunjung mencapai 100 orang.

Saat itu pariwisata merupakan bonus bagi Bali, sama sekali tidak tergantung pada tourisme. Pun tidak tersedia fasilitas yang memadai, namun para wisatawan manca negara senang dengan apa saja yang mereka peroleh di Bali. Inilah genre wisatawan yang sopan, santun, terpelajar, berpendidikan, dan cinta Bali. Hingga saat ini pun tulisan-tulisan mereka masih menjadi acuan ilmiah bagi studi manapun tentang Bali.

” Saatnya bagi kita semua untuk merenung, apakah Bali mau ditanami pohon atau beton,” pungkasnya.

(071)

 

765

Check Also

Renungan  Joger

Bali, Rabu 13  Agustus   2025 Renungan  Joger   75

Indonesiaexpose.co.id

Bali, Rabu 13 Agustus 2025         78