Monday , September 15 2025
Home / Bali / Sawah Menyusut, Bali Terancam Krisis: Suara Petani di Tengah Gempuran Beton

Sawah Menyusut, Bali Terancam Krisis: Suara Petani di Tengah Gempuran Beton

Denpasar, Senin 15  September  2025

Sawah Menyusut, Bali Terancam Krisis: Suara Petani di Tengah Gempuran Beton

 


salah satu Ahli fungsi lahan sawah di Bali , 2025

 

Bali,  indonesiaexpose.co.id  –  Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali, Made Krisna Dinata alias Bokis menegaskan bahwa alih fungsi lahan pertanian menjadi bangunan telah menjadi pemicu utama rentannya Bali terhadap bencana hidrometeorologi belakangan ini. Degradasi lingkungan, terutama hilangnya sawah di kawasan metropolitan Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan), dinilai memperburuk daya dukung lingkungan di Pulau Dewata.

Catatan WALHI Bali menunjukkan degradasi lingkungan di Pulau Dewata semakin nyata. Lahan Sawah di kawasan metropolitan Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan) menyusut drastis antara 2018 hingga 2023.

  1. Denpasar kehilangan 784,67 hektare lahan sawah atau 6,23% dari luas wilayah.
  2. Badung berkurang 1.099,67 hektare
  3. Gianyar 1.276,97 hektare, dan
  4. Penyusutan terbesar terjadi di Tabanan dengan 2.676,61 hektare hilang.

“Alih fungsi lahan pertanian menjadi bangunan di duga salah satu penyebab bencana banjir bandang yang menerjang Bali , 10 September 2025 kemarin.Kita melihat banjir, krisis air, hingga ancaman pangan, itu semua terkait langsung dengan hilangnya sawah dan subak,” tegas Ketua WALHI Bali Bokis saat di konfirmasi by phone.

Bokis menegaskan, kalau ahli fungsi lahan terus dibiarkan dan tidak ditindak secara tegas, tentu Pulau Bali akan kembali terjadi banjir.

Bukan hanya angka yang mencemaskan, tetapi juga lokasi proyek. WALHI menyoroti pembangunan yang menabrak aturan tata ruang seperti :

  • Hotel Vasa Ubud di Payangan
  • Treetop Hotel di Ubud yang berdiri dekat bantaran sungai.
  • Bahkan, proyek strategis nasional Kawasan Terintegrasi Sangsit di Bali Utara disebut akan melabrak lahan pertanian produktif dan berdampak pada sedikitnya empat titik subak.

Menurut Prof Windia (Pakar Subak) setiap 1 hektar sawah mampu menampung 3000 ton air apabila tinggi airnya 7 cm. Apabila lahan pertanian dan subak semakin banyak berubah atau beralih fungsi menjadi bangunan, tentu hal tersebut akan mengganggu sistem hidrologis air alami yang ada, air menjadi tidak tertampung dan teririgasi dengan baik, sehingga timbulah banjir seperti yang kita lihat ini.

“Penerapan tata ruang Bali amat buruk. Itu kami lihat ketika mendapati berbagai rencana pembangunan yang sering melabrak tata ruang,seperti  pembangunan akomodasi pariwisata yang mengalih fungsikan lahan sawah dan perkebunan menjadi bangunan, atau pembangunan yang melabrak sempadan pantai dan sempadan Sungai,” jelasnya.

I Made Sutama (56), seorang petani dari Lodtunduh, Gianyar sejak kecil menggarap sawah warisan leluhurnya, menatap hamparan hijau yang kini mulai terpotong oleh tembok bangunan baru. “Dulu di sini mata saya segar melihat hijau semua. Sekarang setiap bulan ada saja lahan yang dijual, lalu muncul villa atau hotel,” keluhnya Made Sutama  sambil menunjuk ke arah bangunan beton yang berdiri di tepi sawah.

Sutama mengaku khawatir anak cucunya tidak lagi bisa menikmati hidup sebagai petani. “Kalau sawah makin habis, subak hilang, Bali ini mau makan apa? Kita bukan hanya kehilangan tanah, tapi juga kehilangan budaya,” ujarnya lirih.

Suara-suara seperti Sutama menjadi penanda, bahwa Bali kini berada di persimpangan jalan: memilih menjaga tanah dan tradisi, atau tenggelam dalam derasnya investasi yang kerap mengabaikan daya dukung lingkungan.

(080)

65

Check Also

Walikota Jaya Negara Turun Langsung Pimpin Pembersihan Sungai di Desa Tegal Kertha

Denpasar, Minggu  14   September  2025 Walikota Jaya Negara Turun Langsung Pimpin Pembersihan Sungai di Desa …

I Made Supartha, S.H., M.H., Ketua ABTI Bali : Bola Tangan Proprov XVI Sukses, Atlet Muda Bersinar

Tabanan, Minggu  14   September  2025 I Made Supartha, S.H., M.H., Ketua ABTI Bali : Bola …