Wednesday , August 20 2025
Home / Bali / Mengenal Pemahaman Filosofis Masyarakat Hindhu Bali.

Mengenal Pemahaman Filosofis Masyarakat Hindhu Bali.

Gianyar, Jumat  05  Mei  2023

Mengenal Pemahaman Filosofis Masyarakat Hindhu Bali.

 

 

Bali,  indonesiaexpose.co.id  –  Banyak pihak bertanya tanya bahkan ada menyebut masyarakat Bali didalam melaksanakan aktifitas keagamaannya suka menghambur hamburkan uang dan boros.

Berawal dari hal tersebut media ini, mengunjungi penglingsir Geria Kawan Ida Bagus Rai Jendra atau sering dipanggil Kakyang Rai dan mohon penjelasan beliau.
Bagaimana Memahami Dasar Filosofis Masyarakat Hindhu Bali Dalam Melaksanakan Aktivitas Keagamaan ? Jum’at, 4 Mei di Geryanya.

Kakyang Rai menjelaskan, secara umum setiap Agama itu pasti mempunyai Hakekat, Tujuan Beragama itu Apa dan Bagaimana Cara Untuk Mencapainya. Dalam hal ini bisa dirujuk dipahami dari filsafat / tatwa, etika/susila dan sosial dari masing-masing pemeluk agama yang meyakininya.

Menurut Sri Swami Sivananda, di India terdapat Enam sistim filsafat ( Sad Darsana) yang bersifat Astika atau Ortodox yang mempercayai otoritas dari Weda yaitu:
1. Nyaya dari Rsi Gautama,
2 Waisesika dari Rsi Kanada ,
3 Sankhya dari Kapila Muni,
4 Yoga dari Maharsi Patanjali,
5 Mimamsa dari Jaimini dan
6 Wedanta dari Wiyasa Badarayana.

Disamping aliran filsafat yang astika/ortodox, terdapat juga aliran filsafat yang nastika/hetrodox yang tidak berpegang pada otoritas Weda yaitu:
1. Aliran Materialistik dari Sarwaka,
2. Sistim Jaina,
3. Aliran Waibhasika/Pengenalan,
4. Aliran Sutrantika/Perwakilan,
5. Aliran Yogacara/Idealisme dan
6.Aliran Nihilisme dari Madhyamika.

Kalau kita perhatikan dari 6 aliran filsafat yabg Astika(Ortodox) yang mempunyai pengaruh besar / paling menonjol terhadap aktivitas kehidupan beragama Hindu di Bali, dapat disebutkan: Wedanta dan Yoga sedangkan yg lainnya seperti Nyaya dan Sankya sering dijadikan rujukan dalam penelitian sains akademik.

Yoga merupakan pengendalian aktivitas pikiran dan penyatuan roh pribadi dengan roh tertinggi. Yoga Sutra dari Maharsi Patanjali menjadi buku acuan yang tertua dari aliran filsafat Yoga yang terdiri dari 4 Bab yaitu:

Pertama Samadhi Pada yang berisi penjelasan tentang sifat dan tujuan Samadhi.
Kedua Sadhana Pada menjelaskan tentang cara pencapaian tujuan ini.
Ketiga yaitu Wibhuti Pada, memberikan uraian tentang daya-daya supra alami Sidhi yang dapat dicapai melalui pelaksanaan yoga.
Bab Keempat yaitu Kaiwalya Pada memberikan penjelasan tentang sifat dari pembebasan/pelepasan.

Raja Yoga dikenal dengan nama Astanga Yoga yaitu:
1. Yama (larangan),
2. Niyama (ketaatan,
3. Asana (sikap badan),
4. Pranayama (pengendalian nafas),
5. Pratyahara (penarikan indrya),
6. Dharana ( konsentrasi),
7. Dhyana ( meditasi) dan
8. Samadhi (keadaan supra sadar).

Filsafat Wedanta dari Wiyasa Badarayana, melahirkan beberapa aliran pemikiran Metaphisika dan tiga yg utama adalah :
1. Dwaita dari Sri Madwa Carya,
2. Wisistadwaita dari Sri Ramanuja Carya dan 3. Adwaita dari Sri Sankara Carya.

Mereka semua nampak pada jalan yang menuju kebenaran terakhir yaitu Para Brahman. Dwaita (Dualism), Wisistadwaita (Monisme Terbatas) dan Adwaita ( Monisme Murni) kesemuanya akhirnya memuncak pada Adwaita Wedantis perwujudan Yang Mutlak.

Sri Madwa Carya mengatakan bahwa Manusia adalah Pelayan Tuhan, sedangkan Sri Ramanuja Carya mengatakan bahwa Manusia adalah cahaya atau percikan Tuhan dan Sri Sangkara Cahya mengatakan bahwa Manusia identik dengan Brahman atau Roh Abadi.

Selama ini yang kita ketahui dalam pelaksanaan aktivitas kegiatan keagamaan , masyarakat Hindu Bali berpegang kepada filsafat campuran / ortopraktis, suatu filsafat kebijakan/ kearifan lokal yg didasarkan kepada pengalaman-pengalaman/tradisi, bhisama, dresta, desa kala patre termasuk nunas bawos.

Dari petunjuk buku-buku atau kitab-kitab keagamaan yg dikeluarkan instansi instansi terkait di Bali antara lain menjelaskan/ memberi petunjuk ” Tentang tujuan utama beragama Hindhu serta cara untuk mencapainya ( yang bersumber/sesuai dengan Weda)”.

Adapun Tujuan Utama adalah : “Moksahtam Jagaditham “. Pemahaman tentang Moksahtam Jagaditham kiranya masih tergantung dari tingkat kesadaran pendakian sepiritual setiap orang Hindhu.

Isaac Newton hanya penemu hukum gravitasi bukan pencipta karena Rta (hukum alam ) sudah ada demikian pula dengan Teori Evolusi yang sangat termasyur yang ditemukan Charles Darwin, jadi mereka hanya penemu bukan pencipta.

Dari landasan keyakinan atas Srada ini dirumuskan adanya lima kewajiban Yadnya ( Panca Yadnya) yang patut dilaksanakan oleh Umat Hindhu Bali :
1 Dewa Yadnya,
2 Resi Yadnya,
3 Manusia Yadnya,
4 Pitra Yadnya dan
5 Butha Yadnya.

Dalam setiap melaksanakan kewajiban Yadnya senantiasa melibatkan banyak orang dengan berbagai profesi yang sesuai dengan tabiat karakter masing- masing.
Sesuai Weda, ada 4 ( Empat) Jalan Utama Menuju Moksa yang bisa ditempuh oleh Umat Manusia ( sudah mewakili tabiat karakter manusia yg ada didunia) yaitu:
1. Karma Yoga/Marge,
2. Bakti Yoga/Marge,
3. Raja Yoga Marge, dan
4. Jnane Yoga/Marge.

” Kesimpulannya, Weda menekankan bahwa Umat Manusia didalam melaksanakan kewajiban, jalan apapun yang ditempuh, mesti dilandasi dengan Hati Yang Tulus tanpa ada kepentingan lain selain karena Kewajiban itu sendiri,” tutup Kakyang Rai.

(072)

1,023

Check Also

Denpasar, Selasa  19  Agustus   2025 Kota Denpasar Ikuti Verifikasi Lanjutan Kota Sehat Tahun 2025   …

Renungan  Joger

Bali, Selasa  19  Agustus   2025 Renungan  Joger 99