Gianyar, Kamis 25 Mei 2023
Memaknai Pelebon Agung Raja Gianyar, Ide Anak Agung Ngurah Agung.
Cikal bakal Festival Gong Kebyar.
Ida Bagus Rai Djendra
Bali, indonesiaexpose.co.id – Sukses dan berjalan lancarnya Karya Agung Pelebon ini tak terlepas dari kecerdasan sang meduwe karya Ide Anak Agung Gede Agung (Pahlawan Nasional) yang memimpin langsung panitia besar yang beliau bentuk dengan menempatkan orang dekat kepercayaan beliau yaitu Ida Bagus Suta dari Geriya Kawan sebagai Sekretaris Umum (Sekjen) yang memiliki kemampuan mumpuni dibidang tata-kelola administrasi pemerintahan serta etika adat , juga ada beberapa tokoh lain yang ditunjuk seperti Anak Agung Gede Taman (Punggawa Gianyar), Gusti Nyoman Kantun, Made Subage, Nyoman Bawa, Gusti Ngurah Dauh, Pak Ajin dan Para tokoh Puri, Geriya, Jero serta Prajuru Desa Adat seantero wewidangan Gianyar, sebut Kakyang Rai
Kakyang Rai sendiri waktu itu baru naik kelas 3 SMA/SLUA Saraswathi Denpasar juga ikut ngayah dan kebetulan Atu Kakyangnya Ada sebagai kelian Banjar Teges Kaja yang mempunyai tugas pengerahan krama untuk tedun ngayah bersama.
“Jadi Aji bersama teman2 sebaya betul2 menikmati kegiatan pulang pergi Gianyar -Denpasar untuk ngayah sekaligus menyaksikan atraksi pertunjukan seni budaya yang adi luhung tiap hari selama dua minggu.”
Ungkap Kakyang Rai.
Mengapa masyarakat luas dari segala lapisan seantero Gianyar bersedia bergotong royong ngayah tanpa pamerih untuk menyukseskan Karya Pelebon ini ? tanya wartawan Indonesiaexpose.co.Id
“Karena masyarakat luas menaruh hormat yang tinggi dan segan kepada Almarhum Sang Raja ( pernah diulas oleh media masa dalam dan luar negeri pada jaman itu). Alasan mengapa masyarakat luas begitu hormat dan segan , dapat digambarkan dengan kilas balik sejarah Sang Raja” Jawab Kakyang Rai.
Raja Gianyar, Ide Anak Agung Ngurah Agung terkenal diseluruh Bali, tercatat sebagai Tokoh Bumiputra dalam arsip Kerajaan Belanda. Beliau memiliki wibawa kepemimpinan dalam politik pemerintahan yang berkuasa sebagai Regent dari th 1917 – 1943 , menggantikan sang ayah Dewa Manggis VIII (Stedehouder).
Sejarahwan Amerika, Willard A Hanna menggambarkannya sebagai Raja yang cerdas, peminat utama dalam seni tari, sastra, musik dan drama. Beliau sangat menghargai para budayawan, pematung, pengukir, pelukis, penenun, seniman dan perajin. Dengan pendamping Ide Bagus Putu Bek dari Geriya Kawan sebagai penasehat utama Raja, maka Beliau mempersilahkan agar Puri Agung Gianyar dijadikan pusat kreativitas untuk pengembangan seni sastra budaya bagi masyarakat Gianyar Bali.
Dan untuk pertamakalinya Raja berinisiatif mengadakan festival gong kebyar yang diikuti oleh 4 sekehe gong dari Peliatan Gianyar, dari Belaluan Denpasar, dari Karangasem dan Buleleng yang berlangsung selama 3 hari tiga malam pada bulan Januari 1938.
Semua Raja di Bali, pamong dan pegawai Belanda diundang untuk menyaksikan sekaligus peringatan 25 tahun Sang Raja memimpin Gianyar. Festival gong kebyar ini selanjutnya ditradisikan menjadi agenda utama tahunan Pemda Bali sampai kini.
“Perlu diingat lagi bahwa seni tari topeng, arja, pelegongan, prembon, gambuh, pedalangan tumbuh berkembang dengan baik, juga seni ukir, patung dan lukisan terkenal kemanca negara semasa Beliau menjadi Raja sampai saat ini,”tutup Kakyang Rai.
(072)