Bangli, Jumat 07 Maret 2025
Kelompok Wanita Tani Ayu Merta Lestari Batur Selatan : “IPAH, melestarikan budaya konservasi air di Bali”
(foto/ist)
Bali, indonesiaexpose.co.id – Hujan yang turun dari langit sejatinya adalah berkah dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber kehidupan bagi seluruh mahluk di muka bumi, baik untuk tanaman, satwa, dan tentunya untuk kebutuhan manusia. Air memegang peranan yang sangat penting bagi manusia dan menjadi salah satu kebutuhan dasar, baik untuk minum, masak, cuci, dll. Bahkan, berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 19-6728.1-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya, kebutuhan air masyarakat pedesaan dan perkotaan di Indonesia sebesar 100-250 liter/ hari/orang.
Untuk pemenuhan kebutuhan dasar tersebut, belum semua daerah dapat terpenuhi kuantitas-kualitas dan kontinyuitasnya, diantaranya Masyarakat di desa Batur Selatan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Air menjadi sesuatu yang sangat berharga, dan memiliki nilai, bahkan masyarakat harus merogoh kocek + Rp.350ribu untuk satu tangki air 5.000liter pada saat musim kemarau.
“Sangat bermanfaat, hanya kami gunakan untuk keperluan memasak dan dapat mencukupi sampai dengan 1 bulan,” ujar Kadek Arpini ketua KWT Ayu Merta Lestari saat ditanya manfaat IPAH (instalasi pemanenan air hujan) bantuan dari BPDAS Unda Anyar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Melalui siaran tertulisnya dijelaskan, BPDAS Unda Anyar Bali, menetapkan Desa Batur Selatan menjadi salah satu percontohan kampung ramah air hujan (Krah) di provinsi Bali. Masyarakatnya telah memiliki nilai luhur yang turun temurun untuk mengkonservasi sumber daya air, bahkan di desa tersebut sebagian besar rumah telah memiliki cubang (kolam air penampungan) yang digunakan untuk menampung air guna keperluan sehari-hari. Secara bertahap, BPDAS Unda Anyar membangun sebanyak 10 Unit pada tahun 2023 dan tahun 2024 ini sebanyak 12 unit.
“ Masih kurang, kami masih perlu untuk 8 keluarga lagi untuk di banjar ini”,ungkapnya.
Saat ditanya jumlah bantuan yang sudah diberikan, mereka sangat berharap dapat memperoleh tambahan ipah lagi.
”Uang yang kami terima dan kelola, kami belikan toren air yang lebih besar kapasitasnya. Kami senang, KWT dapat mengelola langsung uang tersebut,” jelasnya.
Petugas BPDAS hanya membimbing teknis rencana dan pembangunannya secara berkala”. Kelompok wanita tani merasa mendapat kepercayaan lebih dan dihargai kemampuannya, manakala kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola oleh Masyarakat desa.
“Sistem pengelolaan air hujan berkelanjutan bukanlah semata-mata sistem yang bertujuan untuk mengatasi masalah limpasan air dan menghindari kontaminan yang tidak diinginkan. Melainkan menjadi suatu sistem untuk meningkatkan potensi dan kegunaan dari sumber daya air pada daerah tertentu dalam rangka adaptasi perubahan iklim dan respon terhadap kebutuhan air masyarakat serta melestarikan budaya Bali yang telah turun temurun” ujar Didiek PEH Muda dari BPDAS Unda Anyar.
“Sebaiknya, air hujan pertama s.d ketiga jangan langsung di konsumsi, tapi digunakan untuk keperluan lain seperti untuk menyiram tanaman,” tambah Didik lagi, seraya berharap kegiatan ini dapat berlanjut dan bermanfaat untuk mendukung 3 pilar Pembangunan KLHK yaitu pilar lingkungan, sosial dan ekonomi di Bali, serta dalam rangka perlindungan danau prioritas nasional di Bali yaitu danau Batur.
(070)