Saturday , May 18 2024
Home / Bali / Dari 100 % Jabatan Strategis Pariwisata di Bali, hanya 35 % di isi tenaga Lokal

Dari 100 % Jabatan Strategis Pariwisata di Bali, hanya 35 % di isi tenaga Lokal

Mangupura , Senin  15  Juli  2019

 

Dari 100 % Jabatan Strategis Pariwisata di Bali, hanya 35 % di isi tenaga Lokal

 

General Manager (GM) Hotel Sovereign Bali, I Made Ramia Adnyana (Foto/indonesiaexpose.co.id/010)

 

BALI,  INDEX  – Pertumbuhan pariwisata di Bali terus meningkat, tapi belum diimbangi dengan merangkul secara maksimal tenaga kerja lokal, bahkan posisi tenaga warga Pulau Dewata di industri pariwisata khususnya hotel masih sedikit.

Masalah tata ruang yang amburadul dan jorok , juga menjadi salah satu sorotan pelaku pariwisata dalam “1st Annual Hotelier Summit Indonesia 2019” yang digelar Global Hospitality Expert (GHE) di Hotel Sovereign Bali, 12- 13 juli 2019.

Selain itu pergantian nama BTDC (Bali Tourism Development Corporation) yang merupakan branding kawasan pariwisata Nusa Dua sejak tahun 1971 yang kini menjadi ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation) dipertanyakan dalam seminar yang dihadiri ratusan peserta itu.

“Tenaga kerja profesional seperti jajaran di tingkat general manager di Bali kebanyakan dikuasasi orang luar. Bahkan banyak posisi penting dipegang orang asing,” kata tokoh pariwisata yang juga General Manager (GM) Hotel Sovereign Bali, I Made Ramia Adnyana disela acara “1st Annual Hotelier Summit Indonesia 2019” yang digelar Global Hospitality Expert (GHE) di Kuta, Bali,kemarin.

Ketua Penyelenggara I Made Ramia Adnyana, S.E., M.M., CHA.,”1st Annual Hotelier Summit Indonesia 2019” mengatakan, maraknya pariwisata Bali saat ini belum diimbangi dengan terangkulnya secara maksimal Tenaga Kerja Lokal (TKL). Bahkan posisi tenaga lokal di industri pariwisata khususnya hotel masih sedikit, sedangkan Tenaga Kerja Asing (TKA) yang menduduki posisi strategis cukup mendominasi.

“GM hotel di Bali kebanyakan dikuasai orang luar. Bahkan banyak posisi penting dipegang orang asing,” ungkap I Made Ramia Adnyana yang juga General Manager (GM) Hotel Sovereign Bali, di Hotel Sovereign Bali, kemarin.

Menurut Ramia, Bali boleh dikatakan krisis kepemimpinan di industri pariwisata. Hal ini terlihat dengan adanya dominasi tenaga asing yang memegang posisi strategis. “Di hotel-hotel berbintang sekitar 45 persen dipegang GM asing. Yang dari luar Bali juga banyak,” tambah Ramia.

” Kalau melihat di sejumlah negara tetangga, untuk posisi puncak kebanyakan dipegang warga lokal. Seperti Singapura dan Thailand, untuk posisi GM di industri pariwisata hanya sekitar 15 persen saja diisi asing, yang 85 persen orang lokal. “Kita di Bali yang memiliki kontribusi pariwisatanya 65 persen dari nasional, jabatan GM itu hanya sekitar 35 persen dipegang lokal,” ujar Ramia.

Menurutnya,  kalau soal kemampuan, warga lokal tak kalah dengan yang dari luar. Umumnya posisi penting itu juga terkait dengan kepemilikan serta sistem manajemen yang diterapkan seperti hotel chains.

Ke depan leadership ini menjadi hal penting dalam kegiatan pariwisata. Untuk itu di hari kedua “1st Annual Hotelier Summit Indonesia 2019” ini, masalah leaderahip mendapat perhatian serius dan menjadi salah satu topik yang dibahas. “Kalau leadership ini bisa ditingkatkan, maka banyak tenaga kerja lokal dalam level tertentu bisa mengisi peluang yang ada,” tambah praktisi pariwisata asal Karangasem ini.

Selain itu, peran pemeringah dalam pemberdayaan tenaga kerja lokal profesional sangat diperlukan. “Pemerintah juga bisa mendukung dengan kebijakan yang ada sehingga ke depannya tenaga lokal tak tersisih atau tejepit,” tutupnya.

(010)

 

333

Check Also

indonesiaexpose.co.id

Denpasar,  Jumat 17 Mei 2024 76

Apel Gelar Pasukan Pengamanan KTT World Water Forum ke-10 di Bali

Denpasar, Jumat  16  Mei  2024 Apel Gelar Pasukan Pengamanan KTT World Water Forum ke-10 di …