Tuesday , September 9 2025
Home / Bali / Pelebon   Agung  Raja  Gianyar , Ide  Anak  Agung  Ngurah  Agung, dinodai insiden politik

Pelebon   Agung  Raja  Gianyar , Ide  Anak  Agung  Ngurah  Agung, dinodai insiden politik

Gianyar, Senin  29  Mei  2023

Pelebon   Agung  Raja  Gianyar , Ide  Anak  Agung  Ngurah  Agung, dinodai insiden politik

 

 

Bali,  indonesiaexpose.co.id  –  Masih menurut Ida Bagus Rai Djendra alias Kakiang Rai ketika ditemui di Gerya Gde Kawan Gianyar, Senen, 22 Mei 2023 yang lalu, Raja Gianyar, Ide Anak Agung Ngurah Agung sangat peduli dengan masalah pendidikan dan prihatin dengan fasilitas sekolah yang hanya ada 1 sekolah rendah (SR) dan itupun hanya mengajarkan bahasa dan menulis saja sehingga sangat susah bagi siswa pribumi untuk melanjutkan kejenjang lebih tinggi.

Raja telah meminta penguasa kolonial agar bisa dibangun sekolah memadai setara NHIS (SD sekarang), tapi cuma bisa diijinkan dibangun di Klungkung saja untuk 4 wilayah, Klungkung, Bangli, Karangasem dan Gianyar dengan dana bersama keempat wilayah dimaksud.

Demikian pula dibidang kesehatan, Raja sangat kecewa dengan penguasa kolonial yang kurang memperhatikan fasilitas kesehatan terutama ketersediaan tenaga dokter yang tidak ada di Gianyar. Di Bali pada waktu itu cuma ada 4 dokter masing2 untuk Denpasar, Singaraja, Bangli dan Karangasem.

Raja Gianyar Ide Anak Agung Ngurah Agung menjadi salah satu Raja yang dikagumi, dihormati dan disegani karena berani bersikap tegak berdiri sederajat dengan penguasa kolonial. Dalam situasi bagaimanapun, Sang Raja tetap mempertahankan status ningrat Bali, mempertahankan posisi sebagai kepala pemerintahan dan memimpin dengan kedaulatan penuh.

Raja beranggapan bahwa Gubernur Jenderal Belanda setara dengan posisi Raja di Bali. Dengan sikap wajar serta menguasai tradisi dan tata krama pemerintahan, posisi Raja Gianyar tetap penting dan setara dengan pejabat tinggi Belanda. Sikap Beliau itu sama ketika Puri Agung Gianyar menerima kunjungan kenegaraan, Gubernur Jenderal Belanda.

“Tercatat ada dua Gubernur Jenderal yang berkunjung ke Puri Agung Guanyar, adalah Jhr Mr BC de Jonge yang datang tgl 11 April 1935 dan Tjarda van Strakenborg Stachouwer bulan Juli 1937. Rupanya, sebagai pejabat tertinggi di Batavia, Gubernur Jenderal de Jonge kurang menyukai sikap Raja Gianyar tersebut sebagaimana diungkapkan dalam memoarnya terbitan Prof. Dr. S. Van der Wal, Gubernur de Jonge mengkritik keras Raja Gianyar dengan menuangkan ketidak senangannya terhadap Raja Gianyar dengan kata-kata yang tidak simpatik.” jelas Kakyang Rai.

“Demi melindungi adat tradisi budaya Bali yang adi luhung agar jangan sampai tergerus , Beliau menjadi Raja terdepan yang menolak rencana penguasa kolonial untuk membangun Jembatan yang menghubungkan Jawa-Bali pada waktu itu. ” tegas Kakyang Rai.

Lebih lanjut Kakyang Rai menyebutkan, demi melindungi kebutuhan pokok rakyat pribumi, Beliau berani menolak keiinginan penguasa kolonial Jepang untuk diberikan bantuan logistik beras, ternak dan sayur guna memenuhi kebutuhan pasukan tentara diraja Jepang dalam menghadapi perang Asia Timur Raya melawan sekutu pimpinan Amerika. Beliau lebih mementingkan kebutuhan untuk rakyat agar jangan sampai kelaparan dan Beliau bersedia menerima resiko seberat apapun.

Dan karena sikapnya ini , akhirnya beliau ditangkap/ditahan atas tuduhan : menghasut rakyat untuk memberontak terhadap penguasa Jepang dan sampai Beliau dicopot sebagai Raja serta selanjutnya dibuang/diselong diasingkan ke Lombok Timur.

Namun sangat disayangkan sekali, Karya Agung sakral yang telah berlangsung dengan sangat baik, rapi tertib dan dikagumi masyarakat secara nasional dan internasional, selang beberapa bulan setelahnya ternodai dengan fitnah tuduhan yang tidak berdasar yang dilakukan oleh agen2 rezim demokrasi terpimpin orde lama bahwa para undangan dari Jakarta bersama Ide Anak Agung Gde Agung telah mengadakan rapat gelap pada saat upacara di Puri Agung Gianyar.

Tuduhan palsu dan kasar, karena tidak mungkin upacara keagamaan yang sakral disertai rapat politik, apalagi untuk menjatuhkan pemerintah. Akibat dari tuduhan fitnah itu, maka terjadilah penangkapan2 para tokoh nasional pejuang demokrasi di bulan Januari 1962 di Jakarta, Bandung dan Bali.

Di Jakarta: Mantan PM Sutan Sjahrir, Soebadio Sastrosatomo, Ide Anak Agung Gde Agung, Prawoto, Mantan Menlu Mr Mohammad Roem, Yunan Nasution , Mantan PM Burhanuddin Harahap, Wartawan Kawakan Mochtar Lubis.

Dari Bandung adalah E. Z. Mutaqien, Gozali dan Kiai Isa Anshary. Semuanya ditahan dirumah tahanan militer di Jakarta Pusat dan selanjutnya sebagian dipindahkan ke rumah tahanan di Madiun. Dan setelah ditahan selama 4 tahun 5 bulan tanpa proses hukum apapun baru dibebaskan setelah rezim Orde Lama dijatuhkan oleh Rezim Orde Baru.

Dan yang menyedihkan dan ironis adalah penangkapan terhadap puluhan kerabat teman dekat Ide Anak Agung Gde Agung di Gianyar Bali yang dikaitkan dengan keikut sertaan mereka dalam upacara pelebon Raja Gianyar. Mereka ditahan sementara di rumah tahanan Tabanan. Setelah beberapa hari ditahan mereka dibebaskan, tetapi 6 orang diantaranya dipindahkan ke rumah tahanan di Jakarta yaitu: Ida Bagus Suta, Anak Agung Gde Taman, I Gusti Ngurah Dauh, I Gusti Ngurah Alit Mataram, I Ajin dan I Pasek Dugrugan.

Akhirnya mereka juga dibebaskan tanpa proses hukum selama beberapa tahun. Selama menjalani tahanan mereka diberhentikan dari pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil, seperti Ide Bagus Suta direhabilitasi kembali bertugas di dinas sosial yang sebelumnya di pemda Gianyar. Sebagai pejuang demokrasi di daerah Gianyar, Ide Bagus Suta dengan Juniornya Ide Bagus Putra dan I Gusti Ngurah Dauh tetap konsisten memperjuangkan untuk tegaknya demokrasi di Daerah.

“Perlu diketahui bahwa ketika PDIP mulai berkembang sekitar awal tahun 1990 an , tatkala masih dipimpin oleh Ida Bagus Wesnawa untuk Bali dan I Wayan Djana untuk wilayah Gianyar dimana saat itu banyak mendapat tekanan dari penguasa orde baru, maka tampillah Ide Bagus Suta dengan mengerahkan anak2 beliau, Ida Bagus Gaga Ardana, Ida Bagus Gaga Partama, Ide Bagus Gaga Adisaputra, Ida Bagus Gaga Sudibya, Ide Bagus Nyoman Rai dengan massa yang luas solid dan berani untuk mengawal dan membantu perjuangan PDIP saat itu tanpa pamerih dan benar2 tulus demi menegakkan keadilan dalam berdemokrasi, tutup Kakyang Rai.

(072)

1,060

Check Also

Pansus TRAP DPRD Bali Evaluasi Ketat Izin yang Dikeluarkan OPD

Denpasar,  Selasa  09 September 2025 Pansus TRAP DPRD Bali Evaluasi Ketat Izin yang Dikeluarkan OPD …

Walikota Jaya Negara Dampingi Kunjungan Mendag, Budi Santoso di Pasar Nyanggelan Denpasar,

Denpasar, Selasa 09  September  2025 Walikota Jaya Negara Dampingi Kunjungan Mendag, Budi Santoso di Pasar …