Friday , March 29 2024
Home / Bali / DPRD Provinsi Bali : Atasi sampah dengan kurikulum Sekolah

DPRD Provinsi Bali : Atasi sampah dengan kurikulum Sekolah

Denpasar, Minggu 03 Maret 2019

 

DPRD Provinsi Bali : Atasi sampah dengan kurikulum Sekolah

 

BALI, INDEX – Yosep Yulius Diaz melalui YYDiaz Center menggelar Teras Dialog bertajuk Hospitality vs Sampah bertempat di  di Warung Tresni Renon Denpasar,Bali, Sabtu (02/3/2019).

Keindahan Pulau Bali terancam oleh kerusakan yang sulit dihindari karena masalah sampah yang menjadi berita keseharian media massa. Saat ini saluran air yang ada di seluruh pulau dibanjiri oleh sampah terutama sampah plastik. Hal ini mengundang perhatian dan keprihatinan banyak pihak.Pemerintah diharapkan  memberikan kemudahan, misalnya bagi pihak hotel dan restoran yang mengurus izin untuk pengelolaan sampah dan limbahnya.

Para wakil rakyat di gedung DPRD Bali mengusulkan agar masalah lingkungan masuk dalam kurikulum sekolah tingkat TK, SD, SMP, SMK/SMA, dengan kurikulum ini setiap minggu para siswa -siswi melakukan pembersihan sampah di lingkungannya.

“Saya sudah usulkan agar eksekutif mengakomodir soal ada kurikulum di tingkat sekolah guna mengatasi masalah sampah di pulau Bali,” kata  anggota DPRD Bali, I Nyoman Tirtawan saat jadi pembicara di acara Teras Dialog bertajuk Hospitality vs Sampah bertempat di  di Warung Tresni Renon Denpasar,Bali, Sabtu (02/3/2019).

Dijelaskan Nyoman Tirtawan yang juga aktivis sampah,  kalau ingin Bali kaya dan nyaman bagi wisatawan dan warganya maka buatlah Bali bersih agar orang-orangnya sehat dan produktif.

“Buat negara bersih lingkungan dan bersih birokrasi. Kalau Bali bersih jadi tempat studi banding,” ungkap Anggota Komisi I DPRD Bali itu.

Ia juga menggagas dan terus memperjuangkan adanya kurikulum lingkungan hidup yang salah satunya ada edukasi penanganan sampah agar masuk dalam sistem kurikulum pendidikan mulai dari tingkat dari TK (Taman Kanak-kanak) hingga perguruan tinggi atau minimal hingga SMA/SMK.

“Secara teknis agar kurikulum itu bisa segera dijalankan, cukup denga surat edaran atau perintah dari Gubernur Bali, I Wayan Koster.Kalau memang darurat sampah, Gubernur sebagi penguasa Bali memiliki kewenangan untuk membuat peratuaran ataupun perintah,” lanjut politisi Nasdem asal Buleleng ini.

“Jangan sampai sampah jadi masalah. Maka kami dorong Gubernur Bali terapkan kurikulum lingkungan hidup masuk di pendidikan TK minimal sampai SMA/SMK, agar jangan sampai penanganan sampah hanya jadi wacana,” kata caleg petahana DPRD Bali dari Partai NasDem dapil Buleleng itu.

Salah satu penggagas Gerakan Kedas Bersih Sampah Plastik (Gedasamtik) I Ketut Bagus Arjana Wira Putra juga menyayangkan sampah plastik masih banyak berserakan di tempat suci. Misalnya di kawasan Pura Besakih hingga di sejumlah tempat melasti. “Jadi kami ajak ayo generasi muda ikut berpartisipasi perangi sampah,” ajaknya.

Caleg Gerindra untuk DPRD Bali dapil Denpasar nomor urut 7 Yosep Yulius Diaz yang akrab disapa Yusdi menambahkan, Hotel sudah coba ikuti regulasi kurangi sampah. Mau comply tapi susah. Misalnya saya mau urus izin pengelolaan limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) bukannya diberikan kemudahan tapi dipersulit.

“Kalau ada perusahaan mau ikuti pengolahan sampah harusnya diberikan kemudahan,” ungkap  Yusdi dalam Diskusi “Hospitality Vs Sampah”,  di Renon,Denpasar,Bali Sabtu (02/3/2019).

Yusdi yang juga penggagas diskusi ini mengatakan, salah satu tantangan dan permasalahan besar pariwisata Bali adalah soal sampah. Baik sampah yang ada di destinasi pariwisata seperti di pantai, maupun sampah di sekitar sekitar jalur perlintasan wisatawan seperti di TPA Suwung yang seperti gunung sampah. Termasuk juga sampah/limbah yang dihasilkan pelaku pariwisata seperti hotel dan restoran yang belum dikelola secara maksimal. Belum lagi sampah yang dihasilkan di rumah tangga.

Sementara Wakil Ketua DPC Partai Gerindra Kota Denpasar Gede Mulyawan Arya alias De Gadjah yang juga Wakil Ketua DPRD Bali menegaskan penanganan sampah di Indonesia khususnya juga Bali sebenarnya bukanlah persoalan adanya teknologi canggih atau tidak. Namun lebih kepada budaya dan gaya hidup masyarakat dalam menyikapi sampah.

“Sebab kita belum terbiasa dan dibudayakan melakukan pemilahan sampah dari rumah tangga hingga melakukan pengurangan dan pengolahan sampah secara mandiri. Belum lagi masih banyaknya ditemukan kebiasaan warga yang buang sampah sembarangan baik di tempat publik maupun di sungai yang bisa memicu banjir,” ujarnya.

Jadi penangan sampah ini bukan pada soal teknologi. Tapi budaya dalam membuang dan mengelola sampah.
“Kalau masih ada budaya buang sampah sembarang, secanggih apapun teknologi tetap kita bermasalah dengan sampah,” tegas De Gadjah yang juga caleg petahana Gerindra untuk DPRD Kota Denpasar dapil Denpasar Barat 2 nomor urut 1.

Solusi mengatasi masalah sampah di Bali adalah pemilahan sampah yang dimulai dari rumah. Masing-masih rumah tangga mesti ikut peduli terhadap sampah dengan cara memilah sampah antara sampah organik dan non-organik.(002)

 

333

Check Also

Renungan  Joger

Bali,  Kamis  28  Maret  2024 Renungan  Joger   177

Jaya Negara Terima Konjen India Shashank Vikram, Bahas Sejumlah Potensi Kerjasama Antara Kedua Pihak

Denpasar, Rabu  27   Maret  2024 Jaya Negara Terima Konjen India Shashank Vikram, Bahas Sejumlah Potensi …