Gianyar, Rabu 03 Mei 2023
Kakyang Rai : Hindu sebagai Agama Universal
Ida Bagus Rai Jendra ( pakai tongkat) bersama Prejuru Desa Adat Gianyar
Bali, indonesiaexpose.co.id – Weda, Benar-benar Universal Mengayomi Semua Mahkluk, Tidak Ada Ajaran Kekerasan dan Ujaran Kebencian serta Tidak Mengenal Konsep Neraka Abadi. Ungkapan ini mengawali bincang bincang media ini dengan penglingsir, Gerya Kawan Gianyar Ida Bagus Rai Jendra, atau lebih akrab dipanggil Kakyang Rai. Selasa, ( 2/5/2023).
Lebih lanjut Kakyang Rai menyebut, Para Pemikir Barat Non Hindu seperti Max Muller, Gordon Allport dan juga para filsuf Yunani Kuno Pythagoras, Plato serta filsuf modern seperti Ernest Bloch dan Frank J Tipler menganggap konsep neraka abadi itu sebagai sistem ganjaran yang tidak adil, tertutup dan kejam, karena balasan yang diberikan jauh melebihi batas perbuatan yang dilakukan dan tanpa ada kemungkinan perobahan. Mereka mengakui dan percaya bahwa Ajaran Reinkarnasi dari agama Hindu bersifat terbuka karena selalu memberikan kemungkinan perobahan kepada manusia melalui Hukum Karma yang bersifat alami.
Weda bersih dari ujaran Kebencian dan Kekerasan, karena Peradaban Hindu dibentuk oleh para Rsi di ashramnya di hutan dalam suasana sunyi dan damai. Para Rsi itu adalah orang2 yg telah meninggalkan kehidupan duniawi grahasta memasuki tahap wanaprasta tinggal di hutan menuju tahapan saniyasin.
Mereka juga adalah orang2 yang telah mengalami jivan mukti, mengalami moksa dalam hidup ini. Mereka sudah terbebas dari kepentingan pribadi, sudah lepas dari nafsu kekuasaan duniawi, maka para Yogi dan Maharsi menyampaikan ajarannya dalam suasana hening dalam ashramnya di hutan kepada para muridnya yang juga telah melewati syarat ketat menundukkan nafsunya.
Ajaran-ajaran itu disampaikan dalam bentuk dialog degan bahasa seorang guru dengan muridnya sehingga bebas dari bahasa kebencian, kekerasan dan permusuhan. Mereka tidak mengajarkan Neraka atau Hari Kiamat yang penuh kekejaman. Mereka tidak membagi manusia kedalam apartheid berdasar iman seperti orang kafir vs orang beriman, orang yang diselamatkan vs orang yang dikutuk. Sebaliknya mereka mengajarkan tentang Kesatuan Manusia, Tuhan yg tidak memihak, tetapi meliputi segala ciptaannya, yang melahirkan filsafat tentang kesatuan dan kesamaan jati diri manusia, Tat Twam Asi.
Dari konsep ini lahirlah Etika non kekerasan, non kebencian, welas asih, pemaafan, kedamaian, kesabaran, pertemanan semua manusia, bahkan menyatakan seluruh dunia adalah satu keluarga tunggal, Vasudhaiva Kutumbakam, Kita Semua Bersaudara.
Sesuai dengan Paham Ketuhanan Weda yang bersifat Pantheistik, ada didalam seluruh ciptaan-Nya, memperlakukan semua ciptaan-Nya dengan cara yang sama. Tidak ada satu orang atau satu kelompok diberikan hak khusus, prioritas atau diistimewakan dari manusia selebihnya dan juga tidak ada kelompok yang dimusuhinya. Pandangan bahwa Tuhan ada dalam manusia sebagai Jiwa memberikan kedudukan tinggi kepada manusia sebagai mahkluk suci yang harus diperlakukan secara terhormat. Dan karena semua manusia memiliki jati diri yang sama, maka setiap manusia terhubung dengan manusia lainnya sebagai satu saudara, dengan kata lain seluruh manusia atau bahkan mahkluk adalah satu keluarga tunggal yang saling menghornati satu sama lain.
Masalah sorga dan neraka, bukanlah iming2 atau ancaman untuk ketaatan buta bagi seorang Rsi, tetapi adalah suatu proses evolusi bagi setiap manusia untuk mencapai tujuan tertinggi, pembebasan spiritual atau moksa.
Diakhir bincang bincang, Kakyang Rai menegaskan, Para Rsi mengembangkan ajaran Hindu di ashramnya ditengah hutan yang sunyi, damai dan bebas dari konflik. Oleh karena itu Pustaka Suci Hindu bebas dari fanatisme, bebas dari bahasa kebencian dan kekerasan.Intinya bisa dijadikan rujukan sebagai sumber pendukung bagi kehidupan beragama yang moderat, toleran, bebas dari fanatisme, radikalisme dan terorisme.
(072)