Denpasar, Kamis 14 September 2023
Pesan dari Barat : Perupa Maha Rupa Batukaru Tabanan Gelar Pameran di Griya Santrian
Acara Presconferen Perupa Maha Rupa Batukaru Tabanan bertempat di Griya Santrian, Denpasar,Bali, Kamis (14/9/2023).
Bali, indonesiaexpose.co.id — Perupa Tabanan yang tergabung dalam Komunitas Maha Rupa Batukaru tergolong cukup aktif menggelar pameran.Kendati berusia muda, Perkumpulan Perupa Tabanan ini tercatat sudah beberapa kali pameran di wilayah Tabanan. Kini, para perupa Maha Rupa Batukaru menggelar pameran senirupa di Sanur, Denpasar. Tepatnya di Gnya Santnan Gallery, Jalan Danau Tambiingan No. 47 Sanur, Ball Tema yang diangkat bertajuk “Pesan dari Barat”. Pameran yang akan dibuka Kadis Kebudayaan Provinsi Bali, Prof Or Gde Arya Sugiartha pada Jumat, 15 September 2023 pukul 18 30 Wita, berlangsung hingga 31 Oktober 2023 mendatang.
Sebanyak 27 perupa ikut dalam pameran kali ini Mereka itu adalah Wayan Sunadi “Doef”, Nyoman Wijaya, Wayan Santrayana, Kadek Dedy Sumantra Yasa, Nyoman Aptika, Made Gunawan, Ketut Boping Suryadi, Made Astska, Putu Suhariawan, Wayan Suastama, Putu Adi Sweca, Made Kenak D.A., Ketut Mastrum, Ketut Suadnyana Made Wahyu Senayadi, Wayan Naya, Nyoman Ari Winata |G Nyoman Winartha, Luh Gede Widiya, Wayan Susana, Wayan Sukarma, IG Putu Yogi Jana P Made Sutanjaya Komang Kanta, Made Subrata, Ketut Murtayasa, dan Luh Gde Fndayani.
Kualitas artistik dan capaian personal yang tak diragukan lagi Hal itu diakui oleh kurator Seni Rupa, Wayan Seriyoga Parta, dalam kata pengantar pameran ini. Bahkan, dosen PSR Universitas Negeri Gorontalo ini menilai, karya-karya yang dipamerkan para perupa Maha Rupa Batukaru telah menunjukkan keragaman artistik dan nilai estetik dan representasional (realistik dan figurasi) dan non-representasional (abstrak, abstraksi dan formalstik).
Tema-temanya beragam, sesuai gagasan dan pandangan dunia masing-masing perupa, serta keragaman latar belakang dan akademik dan otodidak (self taught), dapat menjadi potens: yang saling melengkapi, baik secara gagasan dan sensibilitas estetik.
Di sisi lain, Senyoga Parta menyampaikan, meski Tabanan telah dikenal memiliki berbagai talenta seni terutamanya seni rupa, sampai saat ini belum ada catatan dan dokumentas: yang cukup komprehensif. Padahal banyak perupa berasal dari Tabanan yang telah mendunia, sepert: Made Vianta (almarhum), Nyoman Nuarta, Putu Sutawyaya, Made Sumadiyasa dan sebagainya. Sebelumnya, ada seniman Kayit atau Wayan Teher dan Nodia yang telah dicatat sebagai sosok pembaharu oleh A.A. Made Djelantsk dalam buku Balinese Paintings terbitan Oxford tahun 1990.Begitupun geliat kreatif seni lukis wayang di banyak perupa muda yang berasal ataupun berdomisili di Tabanan mereka sangat potensial sebagian telah terwadahi dalam kelompok Maha Rupa Batukaru . Belum ada yang tergerak melakukan pencatatan dan pembacaan capaian karya-karyanya yang telah tersohor itu.Begitupun ketiadaan catatan perihal perkembangan karya-karya para perupa.
Sementara itu Ketua Komunitas Maha Rupa Batukaru Tabanan, Nyoman Wijaya menyampaikan, tema “Pesan dari Barat” yang diangkat dalam pameran kali ini tak terlepas dari latar belakang berdirinya Komunitas Maha Rupa Batukaru yang ingin menciptakan wadah dan dan kendaraan untuk bisa bergerak lebih maju dan lebih cepat. Tak itu saja, komunitas ini dibangun, sebagai ruang interaksi dari masingmasing anggota untuk menumbuhkan suasana diskusi dalam rangka menemukan ide-ide baru dalam berkesenian. Komunitas ini juga mampu menguatkan keyakinan dan rasa percaya diri untuk bisa maju bersama memasuki ruang-ruang apresiasi dan pasar yang lebih luas.
“Harapan kami, ‘Pesan dari Barat’ ini tidak hanya berlaku pada anggota komunitas kami, namun menjadi inspirasi bagi komunitas di daerah Bali lainnya, yang pada akhirnya akan memberi dampak positif bagi perkembangan senirupa Bali,” ujar Nyoman Wijaya di Denpasar, Bali , Kamis (14/9/2023).
Kata Wijaya, sebagai daerah agraris dan lumbung padinya Bali, Tabanan banyak melahirkan maestro di bidang seni. Ada penari legendaris Ketut Maria (Mario), pematung terkenal Nyoman Nuarta, sastrawan kawakan Gusti Putu Wijaya, perupa mendunia Made Wianta dan sebagainya. Kiprah berkesenian para maestro ini juga menjadi insprasi bagi komunitas Maha Rupa Batukaru untuk mengembangkan senirupa.
“Para maestro senirupa ini bisa dijadikan pijakan kami dalam mempertahankan semangat berkarya dan menjadikan contoh nyata bahwa alam dan geografis Tabanan yang agraris juga mampu melahirkan seninan-seniman hebat tanah air,” tutup Wijaya.
(080)