Denpasar, Selasa 18 November 2025
Apresiasi Buku Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Ajaran Luhur Sunda Kuno untuk Melahirkan Manusia Visioner

Bali, indonesiaexpose.co.id – Nusantara, yang merupakan bagian dari peradaban agung Sunda–Sindhu–Saraswati, menyimpan kekayaan spiritual dan kebudayaan yang begitu dalam. Di antara khazanah tersebut terdapat ajaran Sunda Kuno Sanghyang Siksa Kandang Karesian — warisan luhur yang menuntun manusia menuju kejernihan hati, kebijaksanaan hidup, dan kesadaran sejati.
Nilai-nilainya universal dan tetap relevan, bahkan bagi manusia modern yang tengah mencari makna di tengah hiruk-pikuk zaman digital.
Buku Sanghyang Siksa Kandang Karesian: Menjadi Manusia Visioner karya Guruji Anand Krishna diterbitkan oleh Yayasan Pendidikan Anand Krishna di bawah naungan Yayasan Anand Ashram, yang memiliki visi global One Earth, One Sky, One Humankind — Satu Bumi, Satu Langit, Satu Kemanusiaan. Visi ini menegaskan bahwa seluruh umat manusia adalah satu keluarga besar di bawah langit yang sama, bersaudara dalam keberagaman dan bersatu dalam semangat kemanusiaan.
Penerbitan buku ini menjadi bagian dari pelestarian nilai-nilai spiritual Nusantara yang sejalan dengan visi UNESCO untuk menjaga warisan takbenda umat manusia. UNESCO sendiri telah memberikan penghargaan kepada Sanghyang Siksa Kandang Karesian berupa registrasi dalam program Memory of the World pada April 2025.
Acara Apresiasi Buku Sanghyang Siksa Kandang Karesian: Menjadi Manusia Visioner diselenggarakan pada Sabtu, 8 November 2025 di Gedung Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Renon. Yayasan Anand Ashram berharap kegiatan ini menjadi momentum refleksi bersama, bagaimana kebijaksanaan kuno dapat menuntun manusia modern untuk hidup lebih sadar, beretika, dan berwelas asih.
Sebagai pembicara pertama, Dr. I Gusti Putu Sudarta, SSP., M.Sn., Dalang dan Dosen ISI Bali, mengenang perjumpaannya dengan Guruji Anand Krishna melalui buku Kehidupan: Panduan untuk Meniti Jalan ke Dalam Diri. Ia mengatakan, buku-buku Guruji ringan dan mudah dibaca, tetapi penerapannya memerlukan upaya yang sungguh-sungguh. Buku Sanghyang Siksa Kandang Karesian menurutnya adalah “mata kuliah dasar untuk menyelami kehidupan,” yang harus dibaca dengan hati, bukan sekadar dengan pikiran.
Pembicara kedua, Ida Pandita Agung Putra Nata Siliwangi Manuaba, menegaskan bahwa saat ini bangsa kita telah kehilangan atau melupakan identitasnya, yakni budaya luhur Nusantara, dan lebih terpesona oleh budaya luar yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa. Seorang Resi atau visioner sejati adalah mereka yang mampu melaksanakan Trikaya Parisuda — berpikir, berkata, dan bertindak mulia.
Made Edy Suparyasa, S.T., Wakil Ketua Yayasan Anand Ashram, menyampaikan bahwa buku ini membimbing pembaca untuk membangkitkan kesadaran dan menemukan kekuatan kasih dalam diri. Acara yang dipandu oleh Dian Martin, S.T., dihadiri lebih dari 200 peserta, termasuk tokoh-tokoh spiritual, akademisi, dan anak-anak One Earth School yang menampilkan medley lagu dan tari dari Sabang sampai Merauke.
Sebagaimana semangat ajaran Sanghyang Siksa Kandang Karesian, hanya mereka yang mau membuka hati dan menjalani dengan kesadaranlah yang dapat melihat kebenaran di balik realitas — membaca sekaligus melakoni nilai-nilai luhur Nusantara demi mewujudkan Indonesia Jaya.
(071)
Indonesia Expose mengawal reformasi memberantas korupsi